Kemenag Gelar Dialog Budaya Keagamaan di Awal Juli

Kemenag Gelar Dialog Budaya Keagamaan di Awal Juli
banner 468x60

READ.ID – Kementerian Agama akan menggelar Dialog Budaya Keagamaan bertajuk Kesultanan Nusantara dan Moderasi Beragama, di Cirebon, Jawa Barat. Kegiatan yang merupakan kerja sama Balitbang Diklat Kemenag dengan IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini rencananya akan berlangsung selama tiga hari, 1-3 Juli 2021.

“Acara ini akan melibatkan kesultanan-kesultanan yang ada di Indonesia. Persiapan kegiatan ini telah dilakukan, dan kami berharap Bapak Menteri dapat hadir dalam pembukaan acara tersebut,” ujar Kepala Balitbang Diklat Kemenag Gunaryo saat melaporkan persiapan acara kepada Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, di Jakarta.


banner 468x60

Turut hadir dalam pertemuan bersama Menag, Staf Khusus Menteri Agama Nuruzzaman, Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon Sumanta Hasyim, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (Puslitbang LKKMO) Arskal Salim, Kakanwil Kemenag Jawa Barat Adib, dan Sekretaris Menteri Thobib Al-Asyhar

Gunaryo menuturkan, dialog budaya keagamaan yang diselenggarakan ini merupakan upaya untuk melestarikan ke-Islaman di nusantara. “Bagaimana pun juga, keberadaan Indonesia yang damai, yang telah kita warisi kedamaiannya itu sebenarnya adalah warisan dari bersatunya ulama wal umara yang dimulai pada era kesultanan Islam di Indonesia,” ungkap Gunaryo.

Ia berharap, melalui pertemuan ini Pemerintah dapat memperoleh masukan pemikiran terkait moderasi beragama dari kesultanan-kesultanan yang ada di Indonesia. “Kesultanan itu masih eksis lho. Setidaknya ada 200an kesultanan di Indonesia. Nah yang masuk dalam Forum Kesultanan sekitar 50an,” jelas Gunaryo.

“Kebetulan Sultan Kasepuhan Cirebon adalah Ketua Forum Kesultanan di Indonesia. Ini kalau kita kumpulkan, kemudian kita dengar suara mereka tentang moderasi beragama yang diprogramkan oleh pemerintah, akan menjadi lebih hebat lagi gaungnya,” imbuhnya.

Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon Sumanta Hasyim mengemukakan setidaknya ada dua alasan mengapa Cirebon dipilih sebagai tempat penyelenggaraan Dialog Budaya Keagamaan. Pertama, Cirebon merupakan salah satu daerah yang memiliki peninggalan khazanah turats terbesar di nusantara. “Di antara semua kesultanan di Indonesia, warisan Turats Kesultanan Cirebon yang terbesar,” jelas Sumanta.

“Kedua, Cirebon memiliki potensi diaspora tokoh budaya. Kita berharap ini dapat menyumbangkan pemikiran terkait moderasi beragama. Apalagi, saat ini kami bekerjasama dengan Balitbang untuk menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Cirebon,” imbuh Sumanta.

Selain persiapan Dialog Budaya Keagamaan, dalam kesempatan tersebut Sumanta juga melaporkan rencana transformasi IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Cirebon (UISSI). “Saat ini prosesnya sudah di BAN-PT. Semoga saat Dialog Budaya Keagamaan digelar bisa dilaunching juga oleh Bapak Menteri,” kata Sumanta.

Menag menyambut baik rencana Dialog Budaya Keagamaan tersebut. Menurutnya, dialog ini dapat memberikan perspektif bagi penerapan dan pengembangan moderasi beragama di Indonesia. “Saya kira tepat memilih Cirebon. Karena Kesultanan Cirebon saya rasa dapat menjadi contoh baik bagi kesultanan lainnya. Ini akan memberi perspektif baru dalam memandang budaya dan agama secara bersamaan,” tutur Menag.

“Pesan saya yang terpenting, perhatikan protokol kesehatan (prokes) dalam penyelenggaraan acara tersebut. Pastikan prokes dapat dijalankan dengan baik,” imbuh Menag.

Dialog Budaya Keagamaan ini rencananya akan diselenggarakan secara luring dan daring. Secara luring, perkiraan jumlah peserta sebanyak 62 orang. Sementara 200 lebih undangan lainnya akan hadir secara daring.

Baca berita kami lainnya di


banner 468x60
banner 728x90