READ.ID – Salah seorang mahasiswa asal Desa Limbatihu, Kecamatan Paguyaman Pantai, Kabupaten Boalemo Rihiol Igirisa, menuturkan jika dugaan pembabatan mangrove itu terjadi untuk pembukaan akses jalan untuk pembangunan pelabuhan kapal pengangkut batu split atau batu pecah.
Ia menjelaskan pembukaan akses jalan itu terjadi pada tahun kemarin.
“Awalnya kan di lokasi itu hanya Mangrove semua, namun ketika perusahaan batu pecah masuk. Maka mangrove itu di duga dibabat untuk pembukaan jalan serta pembangunan pelabuhan kabal pengangkut batu picah,” kata Rihiol.
Ia menambahkan mulai dari pembangunan jalan yang memiliki lebar kurang lebih tujuh meter, dan pusat pelabuhan kapal itu sendiri diduga dibuat dengan merobohkan hutan mangrove.
Padahal ekosistem Mangrove di kawasan Desa Limbatihu itu sebenarnya tampak tumbuh dengan baik, dengan tinggi Mangrove di sana sekitar lima sampai delapan meter.
“Hamparan mangrove yang luas di sana, seperti terbelah karena pembukaan jalan dan pembangunan dermaga, akar mangrove bekas tebangan masih tampak jelas di kiri dan kanan jalan menuju pelabuhan,” jelasnya.
Masyarakat masih menunggu kebijakan dari pemerintah, untuk bisa melestarikan hutan yang keberadaannya sangat penting ini.
Terlepas dari upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan dan melestarikan Mangrove, untuk kawasan yang kini sudah terlanjur rusak sejak setahun silam.