READ.ID,- Keikutsertaan delegasi perempuan dari Kota Gorontalo dalam gelaran Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) 2025 di Surabaya menjadi bukti pergeseran paradigma tentang peran perempuan dalam pemerintahan dan pembangunan daerah.
Dominasi perempuan dalam rombongan Kota Gorontalo sempat menimbulkan pertanyaan. Namun Kepala Bappeda Kota Gorontalo, Meidy N. Silangen, menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan sekadar pelengkap. “Ada kegiatan khusus perempuan di APEKSI, dan kami hadir karena memang memiliki peran strategis di forum tersebut,” ujarnya.
Salah satu kegiatan tersebut adalah Ladies Program, yang menjadi ruang kolaborasi bagi para istri kepala daerah dan pejabat perempuan. Mengusung tema “Dari Perempuan untuk Negeri”, forum ini membahas kontribusi perempuan dalam pelayanan dasar publik seperti Posyandu, serta peran mereka dalam mendorong UMKM dan memperkuat branding daerah.
Dalam agenda ini, Kota Gorontalo tampil mencolok lewat partisipasi dalam fashion show Wastra Nusantara, dengan menampilkan sulaman khas karawo, yang dikenakan langsung oleh Ketua TP PKK Kota Gorontalo. “Kami ingin memperkenalkan kekayaan lokal Gorontalo, terutama karawo yang merupakan warisan budaya bernilai tinggi,” tambah Meidy.
Delegasi perempuan Gorontalo juga ambil bagian dalam Karnaval Budaya Light Culture Parade, Jumat (9/5), dengan busana karawo berwarna cerah yang menggambarkan kekayaan warna dan semangat budaya lokal. Penampilan ini tidak hanya menjadi ekspresi artistik, tetapi juga bagian dari strategi city branding “Gorontalo Kota Jasa.”
Tak hanya melibatkan perempuan, Kota Gorontalo juga menunjukan perhatian terhadap keterlibatan generasi muda melalui Youth City Changers (YCC). Seorang mahasiswa asal Gorontalo yang sedang studi di Malang turut diutus untuk berbagi gagasan dan inovasi antar kota. “Kami percaya, ide-ide segar dari generasi muda sangat penting untuk masa depan kota,” ujar Meidy.
Menanggapi pandangan miring tentang keikutsertaan perempuan dalam forum nasional ini, Meidy menegaskan bahwa partisipasi tersebut didasarkan pada mandat dan kapasitas. “Sangat disayangkan jika masih ada yang mempersoalkan kehadiran perempuan dalam kegiatan ini. Di era sekarang, perempuan bukan hanya pendamping, tapi juga penggerak pembangunan.”
Pernyataan tersebut mempertegas posisi perempuan dalam pemerintahan lokal sebagai aktor strategis, bukan simbolis. Dengan peran yang mereka emban di APEKSI, perempuan Kota Gorontalo tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga membawa agenda pembangunan, representasi budaya, serta komitmen terhadap kemajuan daerah.*****