Hadiah untuk Para Juara: Ketika Keringat Dibayar Setelah Rapat

READ.ID,- Pagi yang cerah di kawasan Gor Nani Wartabone, Kota Gorontalo, Minggu (18/5/2025), bukan hanya dihiasi keringat peserta jalan santai, tapi juga sejumput janji yang akhirnya lunas dibayar: bonus atlet PON XXI Aceh-Sumut yang sempat tertahan kini resmi diserahkan Gubernur Gusnar Ismail.

Ya, sisa bonus. Setelah melewati putaran panjang bernama “penyesuaian anggaran” yang tentu saja tak bisa dilakukan tanpa restu DPRD Provinsi Gorontalo, bonus senilai Rp1,1 miliar itu akhirnya sampai juga ke tangan para pahlawan olahraga. Mereka yang telah berkeringat di arena kini bisa sedikit lega, meski pencairan ini lebih menyerupai “pemberian yang ditunggu” daripada penghargaan yang langsung hadir usai peluh ditumpahkan.

Gubernur Gusnar, dalam nada syukur dan lega, menyampaikan, “Alhamdulillah semua sudah selesai,” seperti seorang kepala keluarga yang akhirnya bisa melunasi utang pada anak-anaknya yang telah membantu panen tapi belum dibayar.

Bonus kali ini menyasar peraih medali perak dan perunggu. Adapun peraih medali emas, rupanya sudah lebih dulu menerima. Di antara nama-nama yang disebut, ada atlet sepak takraw yang masing-masing menerima Rp100 juta. Gateball dan esports, keduanya mendapatkan Rp50 juta. Bahkan atlet esports yang kini tengah berlaga di China, tak luput dari daftar. Luar biasa, rupanya teknologi memungkinkan bonus lintas benua.

Asisten pelatih taekwondo dan biliar pun kebagian, meski hanya Rp12,5 juta. Dan tak kalah penting, atlet disabilitas dari cabang atletik peraih medali perunggu di Peparnas XVII Solo juga mendapat jatah Rp50 juta. Setidaknya, keadilan simbolik masih hadir dalam daftar transfer.

Tapi lebih dari sekadar angka, momen ini adalah cermin. Cermin dari sistem birokrasi yang bisa membuat penghargaan tertunda karena alasan prosedural. Dan mungkin, juga cermin dari bagaimana negara dalam skala provinsi masih menimbang antara komitmen pada olahraga dan realitas politik anggaran.

“Kami membuka ruang yang sebesar-besarnya untuk prestasi olahraga,” ujar Gusnar. Sebuah janji manis yang kita doakan tak hanya berhenti di mikrofon kegiatan jalan pagi.

Karena pada akhirnya, bonus adalah hak, bukan hadiah. Dan atlet yang telah mengharumkan nama daerah seharusnya tak perlu ikut jalan santai dulu baru bisa mencium aroma insentif.*****

Baca berita kami lainnya di

Exit mobile version