READ.ID – Warga Gorontalo memiliki tradisi malam Qunut atau 15 Ramadan, untuk berburu pisang dan kacang yang dijual pedagang dengan harga murah meriah.
Dari pantauan Read.id, suasana pasar Batudaa di kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo ramai dikunjungi warga usai shalat tarwih, Selasa (27/4/2021) malam.
Biasanya lapangan Batudaa yang menjadi lokasi tempat berkumpulnya warga maupun para pedagang pisang dan kacang. Namun tak mendapat izin karena pandemi Covid-19, para pedagang berpindah di pasar Batudaa.
Seperti jenis pisang raja, satu sisir yang biasanya dijual dengan harga dua puluh ribu rupiah, di pertengahan ramadhan ini hanya dijual 10 ribu hingga 15 ribu rupiah.
Begitu juga kacang kulit, hanya dijual 10 ribu rupiah dibanding biasanya dijual dengan harga lima belas ribu rupiah.
Sebagian besar pedagang mengaku sudah mempersiapkan pisang dan kacang dalam jumlah besar sebelum memasuki malam Qunut.
Salah satu pedagang, Titin Latif (56) menuturkan, hasil penjualan saat tradisi Qunut ini akan meningkat lima kali lipat dari biasanya.
“Saya memang biasa jual pisang dan kacang. Penjualan pasti meningkat di malam Qunut dibandingkan menjualnya di hari biasa,” ucap Titin yang merupakan warga Tabongo tersebut kepada Read.id.
Sementara warga yang datang dari berbagai tempat, tidak mau ketinggalan mendatangi pasar malam qunut.
Kesempatan ini dimanfaatkan warga untuk membeli pisang dan kacang sebanyak yang diperlukan.
Riwin Akuba, salah satu pengunjung asal Telaga mengaku, suasa tradisi Qunut tahun ini terlihat kurang ramai, karena adanya pandemi Covid-19.
“Saya mendapat informasi bahwa malam Qunut disini tidak ada, tapi ketika saya kesini kelihatan cukup ramai. Biasanya kan di lapangan, tapi sudah di pasar. Ya, tadi sempat keliling melihat pisang dan kacang yang paling murah,” ucap Riwin.
Selain melestarikan tradisi para leluhur, tradisi Qunut yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo tak lain sebagai rasa syukur di bulan Ramadan.
Konon, pisang dan kacang mengandung filosofi peradaban dan persatuan masyakat Gorontalo.
Kebiasaan tradisi ini dimulai pada tahun 1901, dimana tiba pertengan ramadan masyarakat terdahulu yang ditinggal di pegunungan batudaa turun gunung.
Kemudian mereka melakukan ritual mandi kebal sebelum mencari pisang dan kacang untuk dinikmati bersama.
Menyambut pertengahan bulan ramadhan, makan pisang dan kacang sampai saat ini terus dipertahankan oleh masyarakat di gorontalo. Tradisi di lokasi ini biasanya akan berlangsung hingga tiga malam kedepan.
(Wahyono/RL/Read)