READ.ID – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebut peserta mandiri yang menunggak bayar iuran, jadi salah satu penyebab defisit anggaran BPJS.
Kepala bidang perluasan peserta dan kepatuhan BPJS kesehatan cabang Gorontalo, Afriyanto Darmawan mengungkapkan, banyak peserta JKN-KIS mandiri yang tidak disiplin membayar iuran, bahkan berhenti membayar.
Menurutnya, Peserta mandiri terutama dari golongan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), hanya mendaftar pada saat sakit dan membutuhkan layanan kesehatan dengan biaya mahal.
Namun, setelah sembuh, mereka tidak lagi membayar untuk memenuhi kewajibannya.
“Memang saat ini di Gorontalo defisit anggaran untuk pembayaran klaim. Salah satu penyebab defisit BPJS ini karena peserta mandiri yang menunggak mempengaruhi kekurangan anggaran BPJS,” tutur Afriyanto saat diwawancarai awak media, Rabu (2/10).
“Padahal peserta yang misalnya kelas tiga hanya membayar dua puluh lima ribu lima ratus perbulan. Disaat ingin melakukan operasi jantung itu mencapai kurang lebih Rp 150 juta. Dana itu cukup besar membantu peserta BPJS dengan sistem gotong royong yang dilakukan oleh para peserta mandiri kalau membayar tepat waktu,” tambahnya.
Sistem gotong royong tersebut, diakui tidak berjalan optimal saat ini.
Padahal konsep Gotong royong dari BPJS kesehatan maksudnya semua harus tertolong yakni, kaya membantu yang miskin, dan yang sehat membantu yang sakit.
Namun konsep itu belum terlaksana secara maksimal.
Afriyanto mengatakan, meski peserta mandiri jika membayar tunggakannya saat ini, defisit anggaran akan tetap terjadi. Sebab, besaran denda klaim dari setiap rumah sakit semakin bertambah setiap bulannya.
Di Gorontalo sendiri, ada 15 rumah sakit yang tersebar di kabupaten/kota, belum dibayarkan klaimnya oleh BPJS kesehatan, yaitu seluruhnya senilai Rp 75 Milyar. (Wahyono/RL)