banner 468x60

Masyarakat Diminta Siaga Antisipasi Gelombang Baru Covid-19

Covid-19

Dari sisi geneologis, BA.4 dan BA.5 adalah subvarian dari Omicron. Itulah sebabnya, mutasi yang terjadi tak membuat kedua varian itu terlalu berbeda. Struktur genetiknya masih mirip Omicron. Namun, mutasi dalam susunan asam nukleatnya membuat mereka lebih tangguh saat memperebutkan inang dibanding subvarian sebelumnya. Mereka lebih kuat dalam persaingan.

Sebagai mutan, BA.4 dan BA.5 itu sudah terdeteksi sejak Januari 2022 di sekitar Afrika Selatan dan Botswana. Dalam perkembangannya, keduanya terus unjuk kekuatan dengan muncul semakin banyak dan di berbagai negara. Pada April 2022, keduanya resmi tercatat sebagai variant of concern (VoC) dan disebut dengan BA.4 dan BA.5. Keduanya dinilai terbukti memiliki transmisibilitas yang lebih tinggi dari varian lama yang ada di lingkungannya.

Kini BA.4 dan BA.5 itu dianggap biang keladi naiknya kasus Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Mereka juga disebut sebagai penyebab kasus Covid-19 tidak kunjung melandai rendah, seperti yang dialami Australia, Amerika, India, atau di negara tetangga Singapura dan Thailand.

Pada 15 Juni 2022, pertambahan kasus baru (harian) di Indonesia tercatat 1.243 orang, melonjak dari 930 orang sehari sebelumnya. Padahal, pada 1 Juni 2022 angka kasus harian masih dapat bertahan di level 366 orang. Episentrum lonjakan ini ada di DKI Jakarta, dengan mencatatkan 730 kasus baru pada 15 Juni. Positivity rate nasional hari ini adalah 2,15 persen dan di DKI 7,67 persen. Batas aman positivity rate menurut standar WHO adalah 5 persen.

Secara umum, kasus harian di Indonesia masih lebih rendah dibanding tetangga. Di Australia kasus hariannya masih di angka 26.000an, Malaysia antara 1.600-2.000, Singapura 3.100-3.200 kasus, dan Thailand 2.500-an. Yang masih cukup tinggi adalah Amerika dengan kasus harian 110.000 orang. Di Kerajaan Inggris sekitar 11.000 dan Jepang 15.000 kasus per hari.

Berita baiknya, meski mudah menular, subvarian BA.4 dan BA.5 itu secara umum tak menyebabkan keparahan yang lebih berat dari Omicron (awal) apalagi varian Delta. Dari delapan kasus yang ditemukan di Indonesia, kata Menkes Budi Gunadi, hanya satu yang menunjukkan gejala sedang.

Pasien dengan gejala sedang itu sudah menjalani vaksinasi primer (dua dosis), tapi belum menerima vaksin booster. Tujuh lainnya bergejala ringan atau tidak bergejala sama sekali. Pemerintah mengatisipasi kemungkinan puncak gelombang serangan BA.4 dan BA.5 itu bisa muncul pada Juli nanti.

‘’Memang, subvarian BA.4 dan BA.5 itu telah menyebabkan kenaikan kasus pada beberapa negara. Belajar dari kejadian yang ada, pada puncaknya kasus positif aktif yang ada tak sampai separuh dari Omicron atau Delta. Hospitalisasinya tak sampai separuhnya. Kasus kematiannya sepersepuluh dari kasus kematian di varian Delta dan Omicron,’’ ujar Budi Gunadi dalam konferensi persnya di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 13 Juni 2022.

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60