READ.ID,- Kepolisian masih berupaya memburu provokator yang menyebabkan kerusuhan saat aksi unjuk rasa lebih dari 2 ribu mahasiswa di Kompleks DPRD Solo, Selasa (24/9).
Kapolresta Solo, AKBP Andy Rifai, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (25/9), mengatakan polisi terpaksa menembakkan gas air mata karena massa melempari petugas keamanan. Menurut Andy, provokasi terus dilakukan massa yang berusaha merangsek masuk DPRD setelah upaya negosiasi alot dilakukan antara DPRD, aparat, dan perwakilan massa.
“Kami sedang mengidentifikasi provokator aksi itu. Kami cermati dari rekaman video maupun foto saat kejadian berlangsung. Siapa saja yang memprovokasi dan menyebabkan kericuhan. Kemarin kan yang kita lakukan, saat pengamanan unjuk rasa kemarin mulai ricuh, kita tembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang tidak terkendali. Saat itu kan situasi berkembang sangat cepat, ada provokasi dari mereka, melempari kami dengan batu, pot, kayu, dan sebagainya. Akhirnya kami lakukan tindakan tegas dengan menembakkan gas air mata karena massa tidak terkendali,” jelasnya.
Lebih lanjut Andy mengungkapkan seorang peserta aksi dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sesak nafas. Andy juga menegaskan beredarnya kabar penangkapan dua mahasiswa dari sebuah kampus di Semarang dan Solo saat kejadian di DPRD Solo adalah hoaks.
Polisi menyita mobil berisi genset, pengeras suara, kursi kayu, batu, minuman keras dan bahan bakar minyak dalam kemasan yang mudah terbakar.
Sebelum berkumpul, kemarin para mahasiswa berpawai sejauh lima kilometer menuju kompleks DPRD. Juru bicara aksi tersebut, Zalhairi, mengatakan aksi ini merupakan bentuk respons munculnya berbagai RUU bermasalah, antara lain RUU KPK, RUU KUHP, RUU Agraria, hingga RUU Pemasyarakatan.
“Aksi kami ini adalah akumulasi dari protes kebijakan pemerintah. Kami melihat berbagai RUU yang digodok bermasalah. Pemerintah lebih memilih pada investor daripada masyarakatnya. Rakyat dikorbankan. Pemerintah menyatakan akan melibas habis penghambat investasi. Ternyata RUU KPK, RUU Agraria, dimunculkan untuk para investor. Dengan demikian muncul konflik-konflik vertikal di berbagai daerah. Tanggal 24 adalah momentum tepat untuk memprotes munculnya RUU itu,” jelas Zalhairi.
Ungkapan kritik para mahasiswa ditulis secara menggelitik. Tulisan di spanduk dan poster itu membuat pembacanya tersenyum atau bahkan tertawa.
Sementara itu, Presiden BEM UNS Solo, Faith Aqila, Selasa (25/9) mengungkapkan gerakan mahasiswa di Solo itu berlangsung karena tenggat pengesahan RUU tersebut adalah pada hari itu, 24 September.
“Ada beberapa RUU bermasalah antara lain RUU KPK, RUU KUHP, RUU Pemasyarakatan dan RUU Agraria. Tanggak 24 (September) kan diketoknya palu RUU. Kita memilih aksi hari ini karena deadline pengesahan RUU bermasalah ini. Kita mencoba membuat titik aksi lain selain di Jakarta dan beberapa daerah lain. Solo kan jadi barometer politik nasional dan kebetulan juga menjadi kampung halaman Presiden Jokowi.”
Sejak dua hari lalu mahasiswa di Solo melakukan aksi di dalam kompleks kampus masing-masing. Berbagai spanduk menentang kebijakan DPR maupun Pemerintah marak terpasang di gedung-gedung fakultas hingga pintu gerbang kampus. Tak lama berselang, spanduk- spanduk itu diturunkan.
Aksi ribuan mahasiswa di DPRD Solo kemarin berujung kerusuhan. Massa berusaha merangsek masuk kompleks DPRD namun dihadang ratusan polisi bersenjata lengkap dan pagat kawat berduri. Lemparan botol dan batu mewarnai aksi tersebut. Polisi kemudian menembakkan gas air mata ke arah massa. Massa kemudian berlarian menghindari tembakan gas air mata.
Sisa-sisa kerusuhan, antara lain batu, botol air kemasan, hingga spanduk-spanduk, berceceran di dalam kompleks DPRD Solo. Pagar gerbang DPRD, light box tulisan DPRD kota Surakarta tampak rusak parah. Taman di sekitar kompleks tersebut juga rusak. Nilai kerusakan diperkirakan lebih dari 100 juta rupiah.
Kepolisian memastikan tidak ada korban luka dalam kerusuhan tersebut. Namun ada seorang peserta aksi yang dibawa tim medis menuju mobil ambulans. Duta, saksi mata mengungkapkan temannya tersebut mengalami sesak nafas saat terkena tembakan gas air mata.
“Teman saya terkena lemparan gas air mata. Tiba-tiba dia syok dan sesak napas. Kaki dan tangannya kaku, tidak bisa digerakkan. Kemudian ada tim medis yang menolongnya,” kata Duta.***(VOA Indonesia)