banner 468x60

Cendekiawan Muslim Sebut Faktor Mengapa Muhammadiyah Imun Intervensi Kekuasaan

READ.ID – Cendekiawan muslim dan Sejarawan terkemuka Azyumardi Azra menanggapi pernyataan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro Muqoddas yang mengatakan bukan tidak mungkin Muktamar Muhammadiyah mendatang akan direkayasa.

Seperti diketahui, Muktamar Muhammadiyah yang tertunda karena situasi dan kondisi pandemi Covid-19 telah dijadwalkan dan direncanakan ulang akan digelar pada tahun depan (2022).

“Tidak mustahil Muktamar Muhamadiyah yang akan datang pun juga sedang dalam proses untuk direkayasa, tidak mustahil karena sebelumnya juga sudah terjadi di organisasi lain,” ucap Busyro dalam diskusi daring Agenda Mendesak Penguatan KPK yang digelar Fisipol UMY, Sabtu (19/6/2021).

Azra dalam tanggapan tertulisnya kepada awak media menceritakan bahwa sejak masa Orde Baru, khususnya sampai sekarang, lingkaran rejim penguasa hampir selalu berusaha mengintervensi dan merekayasa proses.

Bahkan, substansi dan hasil muktamar atau kongres atau munas/mubes ormas, perserikatan/perhimpunan dan parpol untuk kepentingan statu quo kekuasaan.

“Muhammadiyah di masa silam bukan tidak pernah menghadapi manuver intervensi dan rekayasa rejim. Tetapi usaha itu gagal,” ujar Azra, dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/6/2021).

Menurut Azra, kegagalan rejim itu disebabkan oleh berbagai faktor.

Pertama, Muhammadiyah sangat solid. Tidak ada friksi signifikan yang bisa membuat perserikatan retak dan pecah.

Kedua, pimpinan Muhammadiyah umumnya lebih imun dari godaan politik yang bisa memecah belah.

Ketiga, pemilihan kepemimpinan Muhammadiyah, khususnya Pimpinan Pusat (PP), dipilih berdasarkan usulan dari bawah, yang kemudian disortir dan dipilih 13 formatur dalam Muktamar.

“Mekanisme ini membuat sulitnya intervensi dan rekayasa kekuasaan politik tertentu”, kata Azra, menjelaskan.

Namun demikian, Guru Besar UIN Jakarta ini menambahkan, konsolidasi dan soliditas Persyarikatan tetap perlu diberdayakan.

Azra menyatakan bahwa pernyataan Busyro itu harus dibaca sebagai himbauan atau peringatan bagi para pimpinan di berbagai tingkatan.

Tanpa terkecuali untuk semua anggota Persyarikatan Muhammadiyah agar waspada dan merapatkan barisan.(Budi Gunawan)

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60