banner 468x60

Australia Indonesia Disability Research and Advocacy Network Lakukan Seminar Research di Gorontalo

Australia-Indonesia Disability

READ.ID – AIDRAN “Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network” gelar Seminar Research Dissemination Move It 2023. (/05/03)

Seminar ini adalah bentuk Promosi Inklusi Digital untuk Meningkatkan Akses Pendidikan Berkualitas dan Aksesibel bagi Siswa Disabilitas khususnya di Gorontalo.

Sebagai provinsi dengan Prevelensi Disabilitas tertinggi, Move It 2023 menjadi project riset yang fokus menyoroti pemanfaatan teknologi digital dalam mempengaruhi proses pembelajaran inklusif di Gorontalo. Seminar yang digelar di Auditorium Damhil Hotel Gorontalo itu turut dihadiri oleh berbagai kalangan dari satuan pendidikan, pemerintah, hingga mahasiswa pun ikut membersamai kegiatan seminar tersebut.

Latar belakang dari diadakannya project riset ini yaitu melihat adanya kesenjangan akses pendidikan yang disabilitas dan non disabilitas di Gorontalo, walau sebenarnya dalam aturan tertulis sudah jelas tercantum peraturan mengenai kesetaraan bagi para penyandang disabilitas. Pendidikan inklusif bagi para penyandang disabilitas menjadi hal yang perlu diperhatikan sebab ini menjadi cikal-bakal filosofi pendidikan yang akan menjadi aspek mendasar keseluruhan rangkaian pendidikan. Project penelitian ini adalah upaya untuk mencoba memberikan kesetaraan kepada penyandang disabilitas dalam hal pendidikan, tujuannya untuk mendorong peningkatan teknologi digital, sektor pendidikan ekonomi, hingga peluang bisnis.

Ketua Digital Acces Programme British Embassy Jakarta Rita Damayanti mengatakan, setiap anak berhak memiliki akses pendidikan yang berkualitas, olehnya kita harus memanfaatkan inisiatif, sehingga teknologi pendidikannya pun akan efektif, inklusi adalah kunci untuk mendukung disegala sektor.

Project Inklusi AIDRAN “Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network” ini didanai oleh pemerintah Australia, dengan output yang ingin dicapai yaitu mengeksporasi bagaimana isu perubahan iklim mempengaruhi penyandang disabilitas, dengan sampelnya yaitu anak-anak penyandang disabilitas di Provinsi Gorontalo yang tersebar di Kota Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato.

Sejak tahun 2018 Gorontalo termasuk dalam enam provinsi dengan proporsi disabilitas tertinggi, dan tertinggi ketiga dalam hal jumlah total penyandang disabilitas. Olehnya dalam hal ini secara Demografi populasi Gorontalo menampung sekitar 7.000 penyandang disabilitas dengan persentase sekitar 5,4% yang berusia dibawah 18 tahun. Dari data tersebut Aidran hadir untuk terus mendorong adanya pemberian hak pendidikan yang setara kepada penyandang disabilitas.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo Rusli Wahjudewey menuturkan, dinas pendidikan sangat mendukung dengan data-data penyandang disabilitas, sehingganya penelitian yang coba dilakukan oleh team Aidran bisa terlaksana dengan baik.

“Pada hari ini kita bisa sama-sama mendengarkan hasil penelitian dalam bentuk diseminasi yang dipaparkan hari ini pun sama-sama kita bisa mendengar data-data yang didapatkan di lapangan,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu Wakil Rektor IV, Dr. Harto S. Malik, M.Hum., menyampaikan civitas academika UNG sangat mendukung program-program penelitian Aidran ini. Menurutnya dukungan tersebut bisa dilihat dimana UNG membuka prodi yang ada hubungan dengan inklusi dan itu ada di Fakultas Ilmu Pendidikan UNG.

“UNG juga saat ini turut memberi perhatian tentang layanan, menerima mahasiswa difabel, juga saat ini sudah mencoba memberi fasilitas bantuan berupa pembuatan aplikasi bagi para penyandang disabilitas,” kata Harto.

Penelitian yang dilakukan Aidran ini telah mengkaji aksesibilitas website di 45 sekolah yang ada di Gorontalo, dengan menggunakan kombinasi metode observasi otomatis dan manual. Para peneliti lokal Gorontalo serta peneliti Aidran mengatakan dukungan yang bisa kita berikan dan optimalkan untuk memberi peningkatan kualitas pendidikan inklusi adalah dengan memberi kebijakan pendidikan inklusi, pendanaan, akses internet, peningkatan kapasitas, dan terpenting adalah komunikasi. Pihak peneliti pun menyimpulkan bahwa aksesibilitas teknologi digital perlu ditingkatkan untuk mendukung pembelajaran inklusif bagi siswa penyandang disabilitas.

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60