Kemen PPPA Bersama YPII Tandatangani Kerja Sama Penyelenggaraan Perlindungan Khusus Anak

FOTO: Humas

READ.ID,- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan Yayasan Plan International Indonesia (YPII) menandatangani kerja sama dalam rangka penyelenggaraan perlindungan khusus anak. Penandatangan kerja sama ini dilakukan oleh Plt. Deputi Perlindungan Anak Kemen PPPA, Sri Danti Anwar dengan Direktur Eksekutif YPII, Dini Widiastuti.

Tujuan dari dilakukannya perjanjian kerja sama ini adalah agar penyelenggaraan perlindungan khusus anak di Indonesia dapat dilakukan lebih sinergi dan komprehensif dalam pencapaian sasaran dalam mewujudkan anak Indonesia yang bebas dari kekerasan, eksploitasi dan bentuk-bentuk penelantaran lainnya. Untuk itu, disepakati ada tiga pendekatan yang akan dilakukan, yakni perlindungan anak dan kesetaraan gender dan inklusi, partisipasi anak, dan perlindungan anak berbasis masyarakat.


banner 468x60

Dalam penyelenggaraannya ada tiga fokus yang akan dilakukan dalam kerja sama ini, di antaranya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi, perlindungan anak dari situasi darurat dan pornografi termasuk anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan anak dengan HIV/AIDS, serta pencegahan perkawinan anak melalui Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM).

Berbagai bentuk kerja sama Kemen PPPA dan YPII selama ini telah dilakukan dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak serta mendorong upaya masyarakat untuk melakukan pencegahan dan merespon eksploitasi seksual komersial anak (ESKA), di antaranya dengan mendukung terbentuknya Komite Perlindungan Anak Desa (KPAD) dan hadirnya aktivis PATBM.

FOTO: Humas

“Komitmen Pemerintah Indonesia untuk melindungi anak sudah dilaksanakan sejak kemerdekaan Indonesia, hal ini termuat dalam konstitusi negara Indonesia dalam Pasal 28B (2) UUD Tahun 1945 yang mengamatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Namun, fakta data yang ada masih banyak anak yang mengalami berbagai tindakan kekerasan dan eksploitasi termasuk juga tingginya perkawinan usia anak. Untuk itu salah satu strategi penting yang dilakukan oleh Kemen PPPA adalah PATBM yang dilakukan oleh masyarakat dalam melakukan pencegahan dan deteksi dini perlindungan anak yang saat ini sudah terbentuk di 34 provinsi 90 Kab/Kota dan 270 desa di seluruh Indonesia,” ujar Sri Danti Anwar.

Direktur Eksekutif YPII, Dini Widiastuti mengungkapkan bahwa sebagai salah satu organisasi kemanusiaan yang memperjuangkan kesetaraan hak anak, isu ESKA menjadi salah satu isu yang mendapatkan perhatian khusus dalam program YPII. Anak-anak yang rentan dengan ESKA maupun para penyintas ESKA membutuhkan dukungan yang sama besar untuk kembali ke sekolah, sehingga mereka bisa kembali memiliki kesempatan untuk maju. Lebih jauh lagi, Dini menjelaskan bahwa dalam upaya pencegahan ESKA, YPII aktif melalui program Down to Zero yang diimplementasikan di Lombok dan Jakarta.

Di Jakarta, ada 214 anak dampingan yang terdiri dari anak-anak yang rentan dan juga para penyintas. Sedangkan di Lombok ada 1345 orang anak dampingan. Anak-anak dampingan tersebut juga terlibat aktif dalam berbagai program binaan seperti pelatihan, seminar, advokasi dan sebagainya.

Dalam kesempatan yang sama, juga diselenggarakan diskusi “Catatan Akhir Tahun Upaya Masyarakat dalam Pencegahan dan Merespon ESKA”, dengan menghadirkan tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat langsung dalam upaya ini, di antaranya dari LPAD Kuta Lombok Tengah, TGH. Lalu Abussulhi Khairi, LC dan Ibu Lina Marlina selaku Pengelola RPTRA Cipinang Besar Selatan sebagai salah satu lokasi RPTRA yang selama ini aktif dalam kegiatan pencegahan ESKA.

Dalam diskusi ini juga diharapkan dapat terjadi diseminasi pembelajaran pencegahan kekerasan terhadap anak dan ESKA di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat melalui fungsi Komite Perlindungan Anak Berbasis Masyarakat, seperti PATBM (sebagai gerakan yg digagas oleh KPPPA sejak 2016), LPAD, RPTRA, dan sebagainya.

Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menggerakkan banyak pihak untuk bersama-sama terlibat dalam upaya pencegahan ESKA. Forum ini juga dimanfaatkan untuk mengungkapkan fakta baik dalam mengakhiri kasus ESKA, termasuk Eksploitasi Seksual Online Terhadap Anak (SECO – Sexual Exploitation of Children Online) dan Pariwisata Seks Anak (SECTT – Sexual Exploitation of Children In Traveling and Tourism).*****

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60

Leave a Reply