banner 468x60

Dianggap Mengabaikan Pancasila, Politisi Senior PAN Minta Jokowi Batalkan PP 57/2021 Tentang SNP

READ.ID – Wakil rakyat dari Dapil X Provinsi Jawa Timur yang juga tokoh Pendidikan Indonesia, Prof Dr Zainuddin Maliki meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membatalkan Peraturan Pemerintah (PP) No: 57/2021 tentang Standar Nasional Pendidikan yang ditandatangani 30 Maret lalu.

Soalnya, ungkap politisi senior Partai Amanat Nasional (PAN) menjawab Read.id, Jumat (16/4), bertolak belakang dengan UU No: 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi. “Peraturan turunan dari UU tersebut seharusnya menjabarkan lebih detail dan tidak boleh menyimpang dari UU yang menjadi acuan,” kata Zainuddin.

Ya, Pemerintahan Jokowi telah memutuskan untuk tidak mencantumkan Pancasila dan tidak secara tegas menyebut Bahasa Indonesia dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada kurikulum wajib Pendidikan Tinggi (PT).

Keputusan Pemerintah tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No: 57/2021 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dikeluarkan 30 Maret lalu. Keputusan tidak mencantumkan Pancasila dan tidak secara tegas menyebut Bahasa Indonesia dalam PP Standar Nasional Pendidikan pada kurikulum pendidikan tinggi yang tentu bertolak belakang dengan UU No: 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Dikatakan, anggota Komisi X DPR RI membidangi Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, Parawisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, pasal 35 ayat (3) UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi disebutkan kurikulum PT wajib memuat mata kuliah Agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia.

“Dengan demikian, sangat jelas PP 57/2021 telah menyimpangi isi UU No: 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi,” papar Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya 2003-2012 tersebut.

Dikatakan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim sudah angkat bicara dan menyatakan, PP SNP ini disusun dengan merujuk UU No: 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan substansi kurikulum wajib dibuat tertulis persis dengan UU tersebut.

Namun, kata Zainuddin, kurikulum wajib Pendidikan Tinggi yang telah diatur dalam UU No: 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi tidak dijadikan rujukan sehingga dalam pasal 40 ayat (3) dinyatakan Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib hanya memuat (a) pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan, dan (c) bahasa. Tidak tercantum dalam pasal tersebut mata kuliah Pancasila dan Bahasa Indonesia.

Karena secara nyata bertentangan dengan norma hukum yang di atasnya, jelas tokoh pendidikan ini, PP 57/2021 tentang STN cacat hukum, karena itu PP tersebut harus dibatalkan.

Mendikbud berjanji segera mengusulkan revisi. Namun, perlu diingatkan kepada semua pejabat pengambil keputusan agar setiap melakukan pengambilan keputusan dilakukan secara cermat, terutama menyangkut masalah sefundamental Pancasila.

Pancasila adalah perjanjian luhur bangsa Indonesia. Tidak selayaknya diabaikan, apalagi terkait pengaturan penyelenggaraan pendidikan. Notabene pendidikan adalah wadah pembentukan jiwa kepribadian dan pandangan hidup anak-anak didik yang akan menentukan roda kehidupan bangsa Indonesia pada masa depan yang harus tetap dalam koridor falsafah Pancasila.

Ya, seperti diberitakan, Presiden Jokowi menerbitkan aturan baru yang tak lagi mencantumkan Pancasila dan Bahasa Indonesia dalam SNP. Keputusan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 57 tahun 2021 tentang SNP yang diteken Jokowi 30 Maret lalu, seperti dikutip dalam salinan PP itu, Jumat (16/4).

“SPN digunakan pada pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat pada jalur pendidikan formal, jalur pendidikan nonformal, dan jalur pendidikan informal,” bunyi PP itu.

Dalam aturan ini, Pemerintah memutuskan untuk menghilangkan Pancasila dan Bahasa Indonesia dalam SPN pada kurikulum PT. Dalam UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, Pancasila dan Bahasa Indonesia masuk dalam kurikulum tertinggi. Sementara dalam PP Ini, kedua topik itu dihilangkan.

Pasal 40 PP itu menyebutkan kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama, kewarganegaraan dan bahasa. Kemendikbud angkat bicara terkait hal ini. Pemerintah menegaskan, Pancasila dan Bahasa Indonesia tetap menjadi mata pembelajaran wajib di pendidikan tinggi.

“Ketentuan mengenai kurikulum PT pada PP SNP mengikuti UU Sisdiknas,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbud Hendarman, dikutip melalui laman resmi.

Hendarman mengemukakan, terbitnya PP 57/2021 merupakan mandat dan turunan dari UU 20/2003 tentang SPN. UU 12/2012, kata dia, tetap berlaku sebagaimana mestinya. “Sehingga kembali kami tegaskan bahwa mata kuliah Pancasila dan Bahasa Indonesia tetap menjadi mata kuliah wajib di jenjang pendidikan tinggi,” demikian Hendarman. ( Akhir Tanjung)

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60